BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua
orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan
terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin
menurun. Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat
dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat
kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga
penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran
bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak
lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih
dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif.
Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna
lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. Penyakit
degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit
degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif
lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit
jantung pada lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya
keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang
lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA
pada tahun 2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung
Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung
2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Medis
1. Defenisi
Merupakan penyebab
kematian terbesar pada usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Pada lansia
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui, malah mungkin
yang terbanyak diderita.
2. Perubahan Anatomis
Penebalan dinding
ventrikel kiri jantung kerap terjadi,meski tekanan darah relatif normal. Begitupun
fibrosis dan kalsifikasi katup jantung terutama pada anulus mitral dan katup
aorta. Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA
Node) yang menyebabkan hantaran listrik jantung mengalami gangguan. Hanya
sekitar 10% sel yang tersisa ketika manusia berusia 75 tahun ketimbang
jumlahnya pada usia 20 tahun lalu. Bisa dibayangkan,bagaimana terganggunya
kerja jantung,apalagi jika disertai penyakit jantung lain,seperti penyakit
jantung koroner. Sementara itu,pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri
sentral dan perifer akibat proliferasi kolagen,hipertrofi otot
polos,kalsifikasi,serta kehilangan jaringan elastik. Meski seringkali terdapat
aterosklerosis pada manula,secara normal pembuluh darah akan mengalami
penurunan debit aliran akibat peningkatan situs deposisi lipid pada endotel.
Lebih jauh,terdapat pula perubahan arteri koroner difus yang pada awalnya
terjadi di arteri koroner kiri ketika muda,kemudian berlanjut pada arteri
koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun.
3. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis
yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan pada
fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik
manusia,perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum
pasien. Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung,preload dan
afterload,performa otot jantung,serta regulasi neurohormonal kardiovaskular.
Oleh
karenanya,orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif
terhadap respon tersebut,isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva
Frank-Starling. Efeknya,volume akhir diastolik menjadi bertambah dan
menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah jantung. Awalnya,efek
ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-adrenergik,namun setelah
diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.
Di lain sisi, terjadi
perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol lantaran
otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,akibat
kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal,akan
terjadi pula fibrilasi atrium,sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia.
Masih berhubungan dengan diastol,akibat ketidakmampuan kontraksi atrium secara
optimal,akan terjadi penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan
exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang
sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum,yang sering
terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi diastol.
Pemeriksaan EKG perlu
dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,gangguan konduksi dan
irama jantung,serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia
yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole (VES),
supraventricular extrasystole (SVES),atrial flutter/fibrilation,bradycardia
sinus,sinus block,A-V junctional. Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki
kelainan jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang
tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis,perlu dilakukan ekokardiografi
sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung lainnya.
4. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan-perubahan
patologi anatomis pada jantung degeneratif umumnya berupa degeneratif dan
atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung terutama
endokard,miokard,dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi anatomis
merupakan perubahan mendasar yang menyebabkan perubahan makroskopis,meskipun
tidak berhubungan langsung dengan fisiologis.
Seperti halnya di
organ-organ lain,akan terjadi akumulasi pigmen lipofuksin di dalam sel-sel otot
jantung sehingga otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga
terjadi degenerasi amiloid alias amiloidosis,biasa disebut senile cardiac
amiloidosis. Perubahan demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal
pompa jantung.
Terdapat pula
kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu,terutama mengenai lapisan dalam jantung
dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan aliran darah
sentral dan perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah besar dan degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup
jantung,menyebabkan seringnya terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh
darah.
Akibat perubahan
anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung menyebabkan pertambahan sel-sel
jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel yang mengalami degenerasi, terutama
mengenai lapisan endokard termasuk daun katup. Tidak heran,akibat berbagai
perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di atas,keseluruhan kerja
jantung menjadi rusak.
5. Tanda dan Gejala Penyakit
Jantung pada Lanjut Usia
Nyeri pada daerah
prekordial dan sesak napas seringkali dirasakan pada penderita penyakit jantung
di usia lanjut. Rasa cepat lelah yang berlebihan seringkali ditemukan sebagai
dampak dari sesak napas yang biasanya terjadi di tengah malam. Gejala lainnya
adalah kebingungan,muntah-muntah dan nyeri pada perut karena pengaruh dari
bendungan hepar atau keluhan insomnia.
Bising sistolik
banyak dijumpai pada penderita lanjut usia,sekitar 60% dari jumlah penderita.
Dalam penemuan lain juga dilaporkan bahwa bising sistolik tanpa keluhan
ditemukan pada 26% penderita yang berusia 65 tahun keatas.
Pada jantung dapat
dijumpai kekakuan pada arteria koroner,cincin katup mitral,katup
aorta,miokardium dan perikardium. Kelainan-kelainan tersebut selalu merupakan
keadaan yang abnormal.
6. Jenis Penyakit Jantung pada
Lanjut Usia
a. Penyakit Jantung Koroner Dan
Infark Miokard
Akibat yang besar
dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan makanan ke jantung
karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. PJK adalah
manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan
penebalan dinding,disebut juga aterosklerosis. Tapi selain itu stenosis
aorta,kardiomiopati hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga
dapat menyebabkan PJK.
Faktor risiko PJK
antaralain hipertensi sistolik,dislipidemia,intoleransi glukosa dan
fibrinogen,obesitas dan kurang bergerak.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah
merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal jantung
kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi
pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung
umur atau age-dependent. Menurut penelitian,gagal jantung jarang pada usia di
bawah 45 tahun,tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
CHF terjadi ketika
jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan.
Penyebab yang sering
adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung Koroner,
Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada penyakit
stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.
Selain itu ada pula
faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,yaitu
kelebihan Na dalam makanan,kelebihan intake cairan,tidak patuh minum
obat,aritmia,flutter,aritmia,obat-obatan,sepsis,hiper/hipotiroid,anemia,gagal ginjal,defisiensi vitamin B,emboli paru.
c. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat
ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali diakibatkan oleh
kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat kalsifikasi
lebih sering ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup
mitral, regurgitasi sangat sering dijumpai dan lebih banyak terdapat pada
wanita daripada pria.
Pada lansia sering
terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi
harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising
patologis menandakan adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak
ditangani dengan benar akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada
akhirnya berakhir dengan gagal jantung.
Stenosis katup aorta
etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis aorta akan
berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala
selama beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan
kerusakan ventrikel permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi
seperti pulmonary vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel
dan heart block.
Sedangkan kelainan
pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya Atrial fibrillation dan
gagal jantung.
d. Hipertensi Dan Penyakit
Jantung Hipertensif
Semakin tua,tekanan
darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada orang-orang
lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada
lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis, perjalanan penyakit
dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa
muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih
mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan berbagai
penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat kaitannya
dengan penatalaksanaan keseluruhan.
Seperti penyakit
degeneratif pada lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak memberikan gejala
apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult).
Peningkatan tekanan
darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi yang esensial,
sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.
7. Pencegahan Penyakit Jantung
pada Lanjut Usia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer
adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda munculnya
penyakit atau gangguan kesehatan. Pencegahan primer penyakit jantung yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Stop merokok
2) Turunkan kolesterol
3) Obati tekanan darah tinggi
4) Latihan jasmani
5) Pelihara berat badan ideal
6) Konsumsi aspirin dosis rendah
untuk pencegahan
7) Kelola dan kurangi stres.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder
adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya penyakit atau
gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula.
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan :
1) Pemeriksaan kolesterol tiap
3-5 tahun.
2) Pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG)
3) Pemeriksaan tekanan darah
setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun setelah berusia 40
tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit
atau gangguan kesehatan secara seksama harus dilakukan. Diperlukan kerjasama
yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit
atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali
dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol
penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.
Pada umumnya berbagai
penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan ketekunan dalam diet
atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang umumnya
membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penyakit jantung pada
lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.
Penyakit degeneratif
adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan
satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja
sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan
penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung
koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan
pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah
sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas dan
fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau
memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan peningkatan
kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.
B.
SARAN
Mengingat betapa
pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga kesehatan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka
harapan hidup lansiameningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=150
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=74
http://www.smallcrab.com/jantung/455-penyakit-jantung-yang-sering-terdapat-pada-lansia
Kushariyadi,2010.Asuhan
Keperawatan Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Pusat
pendidikan tenaga kesehatan departemen kesehatan,1993.Proses Keperawatan Pada
Pasien
Dengan Gangguan sIstem Kardiovaskuler.Jakarta: EGC
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-pada-lansia_26.html 4 okt
2013 16.56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar