BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan
seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan
seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan
istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk
dalam hal ini pasangan lansia.
Dewasa lanjut
(Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode
dimana seseorang telah mencapai usia
diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan
pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek
sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan
jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih
didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.
Pada
penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita
dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga
terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang
penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di
atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).
Penelitian akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual
sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh
status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
Aktifitas dan perhatian seksual
pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual
kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Mengingat bahwa kemungkinan hidup
seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia yang ditinggal
mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di
Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45 tahun lebih
meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan hubungan
seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya
memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan
tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua
lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis. Ada tiga
penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual
diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga
karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena
perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual,
maka setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan
ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah
pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari
penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah kesehatan
reproduksi tentang masalah seks usia lanjut ini, yaitu:
1.
Agar kami sebagai mahasiswa mengetahui perubahan
sistem reproduksi lansia wanita dan pria.
2.
Agar kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui
perkembangan reproduksi usia lanjut wanita maupun pria lansia.
3.
Agar kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
cara menangani dan pencegahan pada usia lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Usia Lanjut
Menurut Ratna Suhartini dari UNAIR,
lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini
biasaanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya. Sedangkan batas lanjut usia menurut UUD No. 13 tahun 1998 adalah 60
tahun. Menurut badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
dinyatakan lanjut usia.
B. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1.
Perubahan sistem reprduksi.
a.
Selaput lendir vagina menurun/kering.
b.
Menciutnya ovarium dan uterus.
c.
Atropi payudara.
d.
Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya
penurunan secara berangsur berangsur.
e.
Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal
kondisi kesehatan baik.
2.
Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual,
disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi :
a.
fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi
secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi,
b.
rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui
pola pola yang baku seperti binatang dan
c.
sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan
intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang paling diharapkan
dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas
pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain
dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk
anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak
cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan
lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi
hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut
akan gagal dalam berhubungan seksual. Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang
sangat berpengaruh besar terhadap sisi kewanitaannya seperti :
a.
Penurunan
sekresi estrogen setelah menopause.
b.
Hilangnya
kelenturan/elastisitas jaringan payudara.
c.
Cerviks
yang menyusut ukurannya.
d.
Dinding
vagina atropi ukurannya memendek.
e.
Berkurangnya
pelumas vagina.
f.
Matinya
steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks.
g.
Perubahan
ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan, penipisan
selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal
Disamping itu ada
beberapa gangguan mental yang paling umum yang berpengaruh pada orang tua
adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku seksual mungkin berubah secara
signifikan pada depresi dan dimensia .
C. Perubahan Reproduksi Usia Lanjut
1.
Wanita
Perubahan
Anatomik pada Sistema Genitalia.
Dengan
berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
1.
Vagina.
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada
wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi.
Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan
koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan
atau pengecilan genitalia eksterna.
2. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik.Serviks menyusut tidak menonjol,
bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
3. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya
menjadi“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi
seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan
fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas
organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
4. Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk,
dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh
karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari
anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar
tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang
timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh
karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium.Rambut kepala menjadi jarang.
Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
5. Monopouse
Seorang wanita dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya
yang terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya
kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan
klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya
gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul,
dinamakan fase perimenopause.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan
sexual, dapat di bedakan menjadi 3
bagian yaitu :
a.
Fisik, Secara
jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang
berhubungan dengan proses reproduksi.
b.
Rohani, Secara
rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk
kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang.
c.
Sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan
orang lain yang merupakan suatu alat yang paling diharapkan dalam menjalani sexualitas.
Pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain
dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk
anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, masih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda.
Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2.
Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria
adalah :
a.
Andropause
Andropause adalah kondisi pria
diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang
mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa
Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara
harfiah andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Pada pria
penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya
sedemikian perlahan. Kesuburan pria menurun dengan bertambahnya usia. Keadaan
ini terjadi karena fungsi testis yang membentuk sel spermatozoa menurun. Selain
itu, sebagian pria lansia mengalami suatu keadaan yang disebut andropause.
Selain gejala di atas, pria yang mengalami masa andropause juga mengalami
beberapa keluhan, yaitu kelelahan, hilangnya selera makan dan dorongan seksual,
mudah tersinggung, serta terganggunya daya konsentrasi. Andropause terjadi pada
usia sekitar 40- 60 tahun.
Gejala penuaan pada pria bisa
ditandai dengan sindrom kekurangan produksi hormon lelaki, atau testosteron.
Selain kekurangan testosteron, pria yang terkena andropatis akan mengalami
penurunan hormon melatonin dan perubahan pada follicle stimulating hormone
(FSH) serta luteinizing hormone (LH). Dua terakhir inilah yang berperan terhadap
kejantanan pria. Jika testosteron menyusut tidak hanya mutu sperma yang menurun
tetapi daya ereksi dan libido juga terganggu. Ini akan membuat pria tidak
percaya diri. Seperti halnya wanita, pria juga akan mengalami gejala-gejala
seperti keropos tulang (osteoporosis), kekakuan pembuluh darah jantung, cepat
lelah, dan menurunnya kekebalan tubuh. Bila hormon melatonin ikut berkurang,
pria akan terserang penyakit susah tidur dan mengalami gangguan pigmen pada
rambut alias mulai keluar uban (Arief, 2007).
b. Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan
kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan
berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak
mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
c. Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan
90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi
prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
d. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat
dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti
kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot
sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut
dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat
kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase
penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai
osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
e. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas
sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan
sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi
yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini
atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan
dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia
pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
f. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang
tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter
ani selama orgasme menurun.
g. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada
umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang
hanya membutuhkan beberapa menit saja.
h. Ejakulasi
terhambat dapat disebabkan oleh faktor fisik atau faktor psikis. Penyebab fisik
meliputi gangguan anatomi pada kelamin, kerusakan saraf, dan obat-obat yang
mengganggu fungsi saraf, misalnya guenethidine.
Tetapi
sebagian besar ejakulasi terhambat disebabkan oleh faktor psikis,misalnya sejak
masa kecil diberi pelajaran atau informasi bahwa perbuatan seks merupakan suatu
dosa atau sesuatu yang kotor, rasa takut terjadi kehamilan, ataupun akibat
trauma psikoseksual yang dialami pria.
i. Ereksi pagi hari (morning
erection) semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya berhubungan
dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau
seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya
tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi
rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70
tahun menjadi 0,50 perminggu.
D.
Pencegahan dan Penanganan
1.
Cara mengatasi keluhan menopouse :
a.
Berbagi keluhan
yang muncul akibat perubahan-perubahan menjelang menopouse dapat diatasi dengan
pemberian obat yang bersifat menggantikan fungsi hormon esterogen. Hal ini
bertujuan untuk memperbaiki sel-sel yang mengalami kemunduran.
b.
Mengkonsumsi
vitamin yang berfungsi menghambat penuanaan.
c.
Olah raga yang
cukup dan sesuai dengan usianya adalah suatu cara untuk menyehatkan fisik.
Dengan olahraga tubuh akan terhindar dari penyakit-penyakit yang rentan dihadapi
oleh para lansia.
d.
Makan dengan
menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan, hindari makanan berlemak. Perbanyak
makan sayuran dan buah-buahan yang dapat membantu proses metabolisme tubuh.
e.
Melakukan hobi
yang dapat mendukung kehatan bisa membuat perhatian teralihkan dari
keluhan-keluhan menopouse.
f.
Tetaplah
berkarya agar wanita menopouse dapat mempertahankan rasa percaya dirinya.
g.
Terlibat dalam
aktivitas-aktivitas keagamaan sosial.
h.
Bersosialisasi
dengan lingkungan.
i.
Berkumpul dengan
orang-orang yang mempunyai masalah yang sama agar dapat berbagi pengalaman dan
pengetahuan.
j.
Berkonsultasi
dengan orang yang pakar dalam masalah menopouse.
k.
Berkomunikasi
dengan suami dan keluarga agar mereka dapat memberikan support yang baik.
l.
Tingkatkan amal
ibadah kepada tuhan yang maha esa.
2.
Zat gizi yang dapat membantu mengurangi keluhan menopouse :
a.
Asam lemak omega
3 yang berfungsi untuk mencegah terjadinya depresi.
b.
Asam folat yang
berfungsi untk mencegah terjadinya depresi.
c.
Zat besi untuk
meningkatkan hemoglobin darah.
d.
Kalsium untuk
mengurangi keluhan hot flush dan osteoporosis.
e.
Vitamin D untuk
mengurangi keluhan pada kulit dan tulang.
Sumber makanan alamiah : ikan berlemak,
whole grain, sayuran berdaun hijau, jus jeruk, daging merah, kacang-kacangan,
bayam, kismis, sereal. Susu rendah lemak dan produk olahannya, ikan kaleng,
ikan teri, tuna, salmon, dll.
3.
Terapi Menopouse
Pengobatan utama pada menopouse adalah
dengan memberikan therapy hormone esterogen dari luar atau dikenal dengan
Hormone Replacement Therapy (HRT). Prinsip pemberiannya adalah :
a.
Wanita yang
masih memiliki uterus, diberikan kombinasi esterogen dan progesteron,
penambahan progesteron ini bertujuan untuk menghindari resiko terkena kanker
endometrium.
b.
Wanita yang
sudah tidak memiliki uterus, diberikan esterogen saja secara kontinyu.
c.
Wanita yang
masih haid di berikan esterogen secara sekuensial.
d.
Wanita yang
masih menginginkan terjadinya menstruasi, diberikan esterogen secara
sekuensial.
e.
Wanita yang
tidak ingin terjaidnya menstruasi diberikan secara kontinue.
f.
Jenis esterogen
dan progesteron yang di berikan adalah yang bersifat alamiah.
g.
Awal pemberian
haus diberikan dengan dosis rendah.
Cara pemberian Hormone Replacement
Theraphy (RHT).
a.
Oral.
b.
Transdermal.
c.
Sublingual.
d.
Intramuskular.
e.
Semprot hidung.
f.
Implan (susuk).
g.
Pervaginam (krem
vagina).
Efek samping dari pemberian hormone
replace teraphy
a.
Nyeri payudara.
b.
Peningkatkan
berat badan.
c.
Keputihan dan
sakit kepala.
d.
Perdarahan.
Biasanya efek samping ini muncul karena
pemberian esterogen dengan dosis tinggi.
4.
Memperlambat datangnya menopouse :
Masa menopouse
terkadang membuat sebagian wanita menjadi cemas padahal sebenarnya hal ini
tidak perlu di khawatirkan karena datangnya menopouse sebenarnya dapat di
perlambat dengan cara mengatur dan memulai hidup sehat. Persiapannya antara
lain :
a.
Olahraga secara
teratur dan kuntinue dapat meningkatkan kekuatan fisik dan kekuatan tulang.
Olahraga yang dapat di lakukan antara lain jalan kaki, joging dan senam.
b.
Mengkonsumsi
makanan yang banyak yang mengandung kalsium dapat mengurangi resiko terjadinya
pengeroposan tulangatau osteoporosis. Kalsium banyak ditemukan pada susu tinggi
kalsium, keju dan kacang-kacangan.
c.
Mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak vitamin dapat meningkatkan kesahatan dan daya
tahan tubuh . vitamin banyak di temukan pada sayuran dan buah-buahan.
d.
Mengurangi
konsumsi minuman yang banyak mengndung kafein, contohnya antara lain kopi, teh
dan minuman bersoda. Karena minuman ini meghambat penyerapan kalsium dan zat
besi.
e.
Tidak
mengkonsumsi alkohol dan rokok karena kedua hal ini dapat mempercepat
terjadinya menopouse dan meningkatkan resiko terkena penyakit osteoporosis.
5.
Pengobatan Andropouse
Pengobatan utama pada andropouse adalah
dengan memberikan theraphy hormone testosteron dari luar atau dikenal dengan
hormon replacement theraphy (HRT) pemberian theraphy hormon ini tidak
menyebabkan raas sakit dan sangat efektif untuk di lakukan.
Kontra indikasi pemberian ormon
replacement therapy (HRT) adalah :
a.
Kanker payudara
(pada pria).
b.
Kanker prostat.
c.
Penderita dengan
gejala gangguan saluran kemih bawah.
Pemberian hormon replacement therapy
(HRT), mempertimbangkan keadaan berikut ini apakah tepat di lakukan atau tidak
:
a.
Penyakit hati.
b.
Penyakit jantung
atau pembuluh darah.
c.
Edema
(pembengkakan muka, tangan, kaki, telapak kaki).
d.
Pembesaran
prostat.
e.
Penyakit ginjal.
f.
Diabetes
melitus.
Hal yang harus di informasikan kepada
dokter sebelum pemberian hormon replacement hormon therapy (HRT) adalah :
a.
Alergi terhadap
androgen.
b.
Masih ingin
mempunyai anak lagi, karena hrmone replace therapy (HRT) dapat menyebabkan
andropouse.
c.
Pria yang
mempunyai tertentu yang mengharuskan ia bedrest total.
d.
Sedang meminum
obat antikoaguladi (peluruh darah).
Cara pemberian hormon replace therapy
(HRT) :
a.
Ral
b.
Transdermal
c.
Sublingual
d.
Intamuskular
e.
]semprot hidung
f.
Implan (susuk)
Pada proses therapy, pasien harus
seiring melakukan konsultasi ke dokter karena pemberian therapy ini berpotensi
menimbulkan efek samping yang mengganggu. Hal yang harus dipertahankan sebelum
pemberian therapy ini berpontensi menimbulkan efek samping yang menganggu.
a.
Pemeriksaan
fisik lengkap
b.
Pemeriksaan
laboratorium
c.
Pemeriksaan
colok dubur dan antigen spesifik-prostat (prostate specific antigen, PSA).
Manfaat pengobatan hormone replacement
therapy, yaitu :
a.
Gejaa emosional
membaik.
b.
Rasa percaya
diri membaik.
c.
Energi dan
kekuatan otot bertambah meningkat.
d.
Tidur menjadi
nyenyak.
e.
Libido dan
kemampuan seksual meningkat.
f.
Massa tubuh
meningkat, dan lemak berkurang.
g.
Penurunan
potensi penyakit jantung.
h.
Meningkatkan
densitas tulang.
i.
Meningkatkan
komposisi tubuh.
j.
Meningkatkan
daya penglihatan-ruang.
Manfaat ini biaanya dalam kurun 3-6
minggu.
6.
Pencegahan andropouse
Pencegahan
andropouse difokuskan pada keluhan agar memasuki usia tua, lansia dapat tetap
menikmati hidup. Faktor psikologi sangat berpengaruh pada proses andropouse
dukungan keluarga dapat memberikan nilai positif karena terkadang rasa percaya
diri pada pria andropouse menurun
sehingga meningkatkan pula dampak andropouse. Selain itu, kesehatan jasmani dan
menjaga gaya hidup juga penting dilakukan.
7.
Prima di usia senja
Menjadi prima di usia senja bukanlah hal
yang sulit, berikut adalah beberapa cara yang dapat dan mudah dilakukan para
lansia agar tetap sehat, bahagia dan berkualitas di usia senjanya :
a.
Menjaga berat
badan.
Berikut
rumus berat badan yang ideal :
1)
Berat badan
relatif
Ket
:
> 90% =
Berat Badan Kurang
90% - 110% =
Berat Badan Normal
>110% =
Berat Badan Lebih
>120% =
Kegemukan
2)
Indeks masa
tubuh
Ket
:
<18, 5 =
IMT Kurang
18,5 – 2,5 =
IMT Normal
2,5 – 27 =
IMT Lebih
> 27 =
Obesitas
b.
Makan-makanan
dengan menu gizi seimbangdan sesuai kebutuhan.
Semakin bertambahnya usia maka metabolisme tubuh
akan semakin lambat. oleh karena itu lansia di anjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang lunak yang dapat membantu proses pencernaan, selain itu pengaturan
waktu makan lansia juga penting untuk menjaga sistem pencernaan.
Berikut
adalah contoh menu dan jadwal pemberiannya pada lansia :
1)
Makan pagi :
bubur (beras putih/ beras merah), singkong/ ubi, daging kelapa muda dan susu
segar khusus lansia.
2)
Makan siang :
nasi, tahu, tempe, sayuran segar yang di cincang halus.
3)
Makan malam :
sop sayur, ikan, ayam (di blender) tanpa nasi.
Jus buah dan jus
sayuran juga dapat diberikan pada manula untuk menjaga kestabilan metabolisme
tubuh yang jugadapat berfungsi untuk terapi kesehatan. Contohnya adalah seledri
dan wortel untuk antioksidan, seledri dan delima untuk pegel linu, wortel dan
daging kelapa muda untuk asam lambung, nanas dan jahe untuk kaku otot, pepaya
dan pisang untuk lambung.
Anjuran para ahli gizi untuk manula yang
sehat adalah :
1)
Makan tidak
berlebihan, yang terpenting adalah mengandung zat gizi yang di butuhkan manula.
2)
Jenis makanan
dan cara mengolahnya yang bervariasi agar manula tidak bosan.
3)
Mengurangi
konsumsi lemak, terutama sumber hewani.
4)
Mengurangi
makanan dan minuman yang mengandung gula.
5)
Mengurangi
mengkonsumsi garam.
6)
Memperanyak
makan makanan yang banyak mengandung serat.
7)
Minum air putih
yang cukup.
c.
Melakukan gaya
hidup sehat.
Potensi
terserang penyakit pada lansia adalah lebih besar dibandngkan pada usia muda,
oleh karena itu para lansia harus menjaga pola hidupnya dan menghindari
kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dapat meningkatkan resiko terserang penyakit.
Berikut adalah contoh gaya hidup sehat lansia :
1)
Tidak merokok
2)
Tidak
mengkonsumsi kopi
3)
Tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang
4)
Tidak
mengkonsumsi alkohol
5)
Makan teratur
6)
Istirahat yang
cukup
7)
Tidak sering
marah-marah
8)
Sering tertaws/
bercanda
9)
Menghindari
makanan yang dapat meningkatkan resiko terserang penyakit kolesterol, asam
urat, jantung, diabetes dan kegemukan.
d.
Melakukan
kgiatan aktivitas tertentu.
Usialanjut bukanlah penghalang bagi seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu seperti saat ia masih muda. Lansia bisa
menyalurkan hobinya pada kegiatan tertentu yang dapat menyehatkan jasmani dan
rohani. Contoh keegiatan tersebut adalah :
1)
Membaca buku
2)
Mengarang buku
3)
Aktif
mendengarkan renungan atau kajian-kajan rohani
4)
Membuat patung
dari tanah liat
5)
Melukis
6)
Membuat
kerajinan tangan
7)
Bercocok tanam
8)
Memelihara
binatang
e.
Melakukan
olahraga.
Olahraga yang teratur dapat menurunkan resiko
terserang penyakit degeneratif, oleh karena itu lansia dianjurkan untuk
berolahraga yang ringan tapi teratur. Jenis olahraga yang bisa dilakukan oleh
lansia antara lain berenang, berjalan kaki, bersepeda santai dan senam lansia.
Manfaat olahraga bagi lansia adalah :
1)
Memperlambat
proses penuaan
2)
Menjaga
kesehatan jasmani
3)
Melindungi tubuh
untuk menghadapi penyakit
f.
Medical check
up.
Pemeriksaan kesehatan secara kontinue merupakan
upaya yang sangat bagus dalam pemeliharaan kesehatan. Dalam pemeriksaan rutin
ini dapat terdeteksi penyakit-penyakit yang mungkin akan timbulpada lansia
sehingga kita bisa melakukan pencegahan serta pengobatan maksimal sehingga
mengurangi timbulnya penyakit yang berat atau keganasan.
Sebaiknya lansia di beri dorongan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan ini oleh pasangan, keluarga ataupun orang yang merawat
lansia karena terkadang para lansia merasa dirinya sehat dan tidak mempunyai
potensi terserang penyakit.
g.
Hidup dengan
santai.
Olahraga
bukan hanya di butuhkan fisik saja, tetapi olahraga mental juga di butuhkan
oleh setiap orang terutama pada lansia. Para lansia membutuhkan hal-hal positif
dalam hidup agar pikirannya menjadi sehat dan dapat menjalani hidupnya dengan
santai. Berikut beberapa hal positif agar hidup lansia menjadi santai :
1)
Banyak tertawa
2)
Hubungan baik
dengan orang lain
3)
Menghindari
stress
4)
Dukungan dari
semua pihak terhadap aktiitasnya
5)
Berpandangan
positif
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa usia lanjut merupakan periode
penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang
telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga
fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara
perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada
masa usia muda.
Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut
1.
Wanita
Perubahan
Anatomik pada Sistema Genitalia.Dengan
berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
2.
Pria.
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria
adalah :
a.
Produksi testoteron menurun secara
bertahap.
b.
Kelenjar prostat biasanya membesar.
c.
Respon seksual terutama
fase penggairahan (desire), menjadi lambat danereksi yang sempurna
mungkin juga tertunda.
d.
Fase orgasme, lebih
singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
e.
Penurunan tonus otot menyebabkan
spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
f.
Ejakulasi terhambat (retard ejaculation)
g.
Pada gangguan ini, terjadi ketidak
mampuan mengalami ejakulasi di dalam vagina.
h.
Kemampuan ereksi kembali
setelah ejakulasi semakin panjang.
i.
Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang
terjadi
B. SARAN
Guna kesempurnaan Makalah ini,kami kelompok 4 sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bisa membangun.Oleh karena itu sekiranya
Rekan-rekan dari kelompok lain beserta Dosen Pembimbing untuk memberikan
tambahan yang insya Allah akan membangun dari Makalah yang kami buat ini
DAFTAR PUSTAKA
Fitrah danWahyunita Dwi Vina. Memahami Kesehatan Pada Lansia.
CV.Trans Info Media. Jakarta Timur. 2010
Arief, Irfan. ”Andropause Bukan Pause
Pada Pria.” (18 September 2007).
http://agusdwiyanti.blogspot.com/2009/02.masalah-seksual-pada-pria-usia-lanjut.html.
Diakses tanggal 9 Oktober 2013 pukul 13.01 WIB.
http://amienselalutersenyum.blogspot.com/2013/04/reproduksi-lansia.html.
Diakses tanggal 9 Oktober 2013 pukul 13.05 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar